Pendahuluan
Prinsip dasar pengakuan
pendapatan mengatur tentang kapan pendapatan dicatat dan berapa jumlah
pendapatan yang dicatat. Secara umum, prinsip ini menekankan bahwa pendapatan
dicatat pada saat diperoleh, yaitu ketika perusahaan telah menyerahkan
barang atau jasa yang telah diselesaikan kepada pelanggan. Pengakuan pendapatan
merupakan proses penentuan apakah suatu pos yang memenuhi definisi unsur
laporan keuangan akan diakui dalam laporan laba rugi atau laporan posisi
keuangan, serta menentukan kapan atau saat pos tersebut akan disajikan. Hal ini
berkonsekuensi pada pencatatan transaksi terkait.
Definisi pendapatan dalam PSAK
menekankan pada arus masuk manfaat ekonomi yang meningkatkan ekuitas, yang
sejalan dengan persamaan dasar akuntansi. Hal ini mengindikasikan bahwa
pengakuan pendapatan tidak hanya berkaitan dengan penerimaan kas, tetapi lebih
kepada peningkatan nilai bersih perusahaan akibat aktivitas operasionalnya.
Sebagai contoh, penerimaan
pinjaman akan meningkatkan kas, namun juga meningkatkan kewajiban, sehingga
tidak secara langsung meningkatkan ekuitas dari aktivitas normal perusahaan.
Fokus pada manfaat ekonomi dan kenaikan ekuitas memastikan bahwa laporan keuangan
mencerminkan kinerja operasional yang sesungguhnya.
Sebelum diberlakukannya PSAK
72, panduan mengenai pengakuan pendapatan diatur dalam PSAK 23. PSAK 23
mengakui pendapatan dari penjualan barang ketika risiko dan manfaat kepemilikan
barang telah berpindah kepada pembeli. Untuk pendapatan dari pemberian jasa,
pengakuan dilakukan ketika jasa telah dilaksanakan dan dapat ditagih. Sementara
itu, pendapatan yang timbul dari penggunaan aset perusahaan oleh pihak lain,
seperti bunga, sewa, dan royalti, diakui ketika manfaat ekonomi terkait
kemungkinan besar akan mengalir ke entitas dan jumlah pendapatan dapat diukur
dengan andal.
Pendekatan berbasis aturan
dalam PSAK 23, yang berfokus pada transfer risiko dan
manfaat untuk barang serta kinerja untuk jasa, memiliki potensi menimbulkan
inkonsistensi dalam penerapannya, terutama pada transaksi yang kompleks atau
lintas industri. Kriteria yang rigid dapat menyebabkan perbedaan interpretasi
dan perlakuan akuntansi untuk transaksi yang serupa secara ekonomi, sehingga
mengurangi komparabilitas antar perusahaan. Misalnya, penentuan titik waktu
pasti terjadinya "transfer risiko dan manfaat" dalam perjanjian
penjualan yang rumit bisa menjadi subyektif dan menimbulkan variasi dalam
praktik akuntansi.
PSAK 72, yang berlaku efektif
mulai 1 Januari 2020, merupakan adopsi dari International Financial
Reporting Standards (IFRS) 15 Revenue from Contracts with Customers.
Standar ini bertujuan untuk menetapkan prinsip-prinsip yang harus diterapkan
oleh entitas untuk melaporkan informasi yang berguna kepada pengguna laporan
keuangan mengenai sifat, jumlah, waktu, dan ketidakpastian pendapatan serta
arus kas yang timbul dari kontrak dengan pelanggan.
Penerapan PSAK 72 menyediakan
model pengakuan pendapatan yang tunggal dan komprehensif untuk semua kontrak
dengan pelanggan, dengan tujuan meningkatkan komparabilitas laporan keuangan
antar industri dan di pasar modal. Standar ini menggantikan beberapa standar
sebelumnya yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan, termasuk PSAK 23 tentang
Pendapatan, PSAK 34 tentang Kontrak Konstruksi, ISAK 10 tentang Program
Loyalitas Pelanggan, ISAK 21 tentang Perjanjian Konstruksi Real Estat, ISAK 27
tentang Pengalihan Aset dari Pelanggan, dan PSAK 44 tentang Akuntansi Aktivitas
Pengembangan Real Estate.
Adopsi IFRS 15 sebagai PSAK 72
menunjukkan komitmen Indonesia untuk melakukan harmonisasi standar akuntansi
dengan praktik terbaik internasional, yang akan meningkatkan transparansi dan
komparabilitas pelaporan keuangan di Indonesia. Konsolidasi berbagai standar
pengakuan pendapatan ke dalam satu kerangka kerja menyederhanakan penerapan
prinsip-prinsip tersebut. Hal ini juga membantu pengguna laporan keuangan dalam
membandingkan kinerja perusahaan Indonesia dengan perusahaan di negara lain
yang menggunakan IFRS. Penggantian berbagai standar yang lebih spesifik dengan
satu standar yang lebih prinsipil bertujuan untuk mengatasi inkonsistensi yang
mungkin timbul dari penerapan aturan yang berbeda untuk transaksi pendapatan
yang serupa secara ekonomi.
Model Lima Langkah Pengakuan
Pendapatan Sesuai PSAK 72
PSAK 72 mengharuskan entitas
untuk melakukan analisis transaksi berdasarkan kontrak dengan pelanggan melalui
lima langkah berikut :
- Identifikasi kontrak dengan pelanggan.
- Identifikasi kewajiban pelaksanaan dalam
kontrak.
- Tentukan harga transaksi.
- Alokasikan harga transaksi ke kewajiban
pelaksanaan.
- Akui pendapatan ketika (atau saat) entitas
memenuhi kewajiban pelaksanaan.
Model lima langkah ini
bersifat berbasis prinsip, yang berarti memerlukan lebih banyak
pertimbangan dan penilaian profesional dibandingkan dengan standar berbasis
aturan sebelumnya.
Pendekatan lima langkah ini
memberikan struktur yang jelas dan sistematis untuk pengakuan pendapatan, yang
memastikan penerapan prinsip-prinsip secara konsisten pada berbagai jenis
kontrak dan industri. Sifat berbasis prinsip dari model ini mendorong akuntan
untuk menggunakan pertimbangan profesional dalam menerapkan standar pada
situasi spesifik, yang memungkinkan representasi yang lebih akurat dari
substansi ekonomi transaksi pendapatan dibandingkan dengan aturan yang mungkin
tidak selalu sesuai dengan setiap keadaan.
Langkah 1: Identifikasi
Kontrak dengan Pelanggan
Menurut PSAK 72, kontrak
adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang menciptakan hak dan
kewajiban yang dapat dipaksakan. Kontrak ini dapat berupa perjanjian tertulis,
lisan, atau tersirat berdasarkan praktik bisnis kebiasaan entitas.
Entitas hanya akan mencatat
kontrak dengan pelanggan jika seluruh kriteria berikut terpenuhi :
- Persetujuan dan Komitmen Pihak:
Semua pihak dalam kontrak telah menyetujui kontrak (baik secara tertulis,
lisan, atau sesuai praktik bisnis pada umumnya) dan berkomitmen untuk
melaksanakan kewajiban masing-masing. Harus ada persetujuan yang jelas dan
komitmen untuk melaksanakan kewajiban yang telah disepakati dalam kontrak.
- Identifikasi Hak Setiap Pihak:
Hak-hak setiap pihak terkait barang atau jasa yang akan dialihkan harus
dapat diidentifikasi dengan jelas. Kontrak harus secara spesifik
menyebutkan apa yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing pihak,
termasuk barang atau jasa yang akan diterima pelanggan dan imbalan yang
akan diterima entitas.
- Identifikasi Jangka Waktu Pembayaran:
Syarat pembayaran atas barang atau jasa yang akan dialihkan harus dapat
ditentukan. Kontrak harus menetapkan kapan dan bagaimana pelanggan akan
melakukan pembayaran kepada entitas.
- Substansi Komersial:
Kontrak memiliki substansi komersial, yang berarti risiko, waktu, atau
jumlah arus kas masa depan entitas diperkirakan akan berubah sebagai
akibat dari kontrak. Harus ada dampak ekonomi yang signifikan dari kontrak
terhadap entitas.
- Probabilitas Penagihan Imbalan:
Kemungkinan besar entitas akan menerima imbalan yang menjadi haknya
sebagai pertukaran atas barang atau jasa yang akan dialihkan kepada
pelanggan. Dalam menilai probabilitas penagihan, entitas harus
mempertimbangkan kemampuan dan niat pelanggan untuk membayar imbalan pada
saat jatuh tempo.
Kontrak dianggap tidak ada jika
masing-masing pihak dalam kontrak dapat secara sepihak mengakhiri kontrak yang
belum dilaksanakan sepenuhnya tanpa memberikan kompensasi kepada pihak lain.
Kontrak dikatakan belum dilaksanakan sepenuhnya jika entitas belum mengalihkan
barang atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan dan entitas belum menerima
dan belum berhak menerima imbalan apapun sebagai imbalan atas barang atau jasa
yang dijanjikan.
Jika suatu kontrak tidak
memenuhi kriteria identifikasi namun entitas telah menerima imbalan dari
pelanggan, maka imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan hanya jika entitas
tidak memiliki sisa kewajiban atas pengalihan barang atau jasa, atau jika kontrak
diakhiri dan imbalan yang diterima dari pelanggan tidak dapat dikembalikan.
Entitas mengkombinasikan
dua atau lebih kontrak yang disepakati pada waktu yang sama atau berdekatan
dengan pelanggan yang sama (atau pihak terkait pelanggan) dan mencatatnya
sebagai kontrak tunggal jika salah satu atau lebih kriteria berikut terpenuhi :
- Kontrak-kontrak tersebut dinegosiasikan
sebagai satu paket dengan tujuan komersial tunggal.
- Jumlah imbalan yang dibayarkan dalam suatu
kontrak bergantung pada harga atau pelaksanaan dari kontrak lainnya.
- Barang atau jasa yang dijanjikan dalam
suatu kontrak (atau barang atau jasa yang dijanjikan dalam setiap kontrak)
merupakan kewajiban pelaksanaan tunggal.
Modifikasi kontrak
adalah perubahan dalam ruang lingkup atau harga kontrak (atau keduanya) yang
disepakati oleh pihak-pihak dalam kontrak. Entitas mengakui modifikasi kontrak
sebagai kontrak terpisah jika kondisi berikut terpenuhi:
- Ruang lingkup kontrak bertambah karena
penambahan barang atau jasa yang dijanjikan bersifat dapat dibedakan (distinct).
- Harga kontrak dinaikkan dengan imbalan
yang mencerminkan harga jual berdiri sendiri (stand-alone selling
prices) entitas atas penambahan barang atau jasa yang dijanjikan dan
penyesuaian yang tepat terhadap harga yang mencerminkan keadaan kontrak
tertentu.
Langkah pertama dalam model
lima langkah ini sangat penting karena menetapkan dasar untuk pengakuan
pendapatan. Kriteria yang komprehensif memastikan bahwa pendapatan hanya diakui
ketika terdapat perjanjian yang sah dan mengikat antara entitas dan pelanggannya,
di mana hak dan kewajiban kedua belah pihak dapat diidentifikasi dengan jelas.
Pertimbangan mengenai probabilitas penagihan juga menekankan bahwa pendapatan
tidak seharusnya diakui jika tidak mungkin entitas akan menerima imbalan atas
barang atau jasa yang telah dialihkan. Aturan mengenai kombinasi kontrak dan
modifikasi kontrak mengakui kompleksitas transaksi bisnis di dunia nyata dan
memberikan panduan untuk menangani situasi di mana beberapa kontrak terkait
atau ketika kontrak mengalami perubahan. Hal ini mencegah entitas dari praktik
akuntansi yang mungkin tidak secara akurat mencerminkan substansi ekonomi dari
transaksi tersebut.
Langkah 2: Identifikasi
Kewajiban Pelaksanaan dalam Kontrak
Kewajiban pelaksanaan
adalah janji dalam kontrak dengan pelanggan untuk mengalihkan kepada pelanggan
baik suatu barang atau jasa (atau sepaket barang atau jasa) yang dapat
dibedakan, atau serangkaian barang atau jasa yang dapat dibedakan yang secara
substansial sama dan memiliki pola pengalihan yang sama kepada pelanggan.
Kewajiban pelaksanaan dapat dinyatakan secara eksplisit dalam kontrak atau
tersirat oleh praktik bisnis kebiasaan entitas.
Suatu barang atau jasa
dianggap dapat dibedakan jika kedua kriteria berikut terpenuhi:
- Pelanggan dapat memperoleh manfaat dari
barang atau jasa tersebut baik secara mandiri maupun bersama dengan sumber
daya lain yang siap tersedia bagi pelanggan (yaitu, barang atau jasa
tersebut mampu dibedakan). Ini berarti pelanggan dapat menggunakan, mengonsumsi,
menjual, atau menyimpan barang atau jasa tersebut.
- Janji entitas untuk mengalihkan barang
atau jasa kepada pelanggan dapat diidentifikasi secara terpisah dari janji
lain dalam kontrak (yaitu, janji untuk mengalihkan barang atau jasa
tersebut dapat dibedakan dalam konteks kontrak). Kriteria ini tidak terpenuhi
jika entitas menyediakan layanan signifikan untuk mengintegrasikan barang
atau jasa dengan barang atau jasa lain yang dijanjikan dalam kontrak
menjadi satu paket yang merupakan output gabungan yang dikontrak oleh
pelanggan, atau jika barang atau jasa tersebut sangat tergantung atau
sangat terkait dengan barang atau jasa lain yang dijanjikan dalam kontrak.
Suatu kontrak dapat memiliki
satu kewajiban pelaksanaan atau beberapa kewajiban pelaksanaan. Misalnya,
kontrak untuk membangun pabrik mungkin merupakan satu kewajiban pelaksanaan
jika berbagai barang dan jasa (rekayasa, penyiapan lahan, konstruksi, dll.)
sangat terkait dan pelanggan tidak dapat memperoleh manfaat darinya secara
independen. Sebaliknya, kontrak untuk menjual produk dengan perjanjian
pemeliharaan terpisah biasanya mengandung dua kewajiban pelaksanaan (produk dan
layanan pemeliharaan).
Identifikasi kewajiban
pelaksanaan merupakan langkah krusial karena pengakuan pendapatan secara
langsung terkait dengan pemenuhan kewajiban-kewajiban ini. Konsep barang atau
jasa yang "dapat dibedakan" memerlukan analisis yang cermat terhadap
ketentuan kontrak dan sifat dari apa yang dijanjikan kepada pelanggan.
Jika suatu kontrak tampaknya
melibatkan beberapa item atau layanan, penting untuk menentukan apakah setiap
item atau layanan tersebut dapat dibedakan dari yang lain. Jika pelanggan dapat
memperoleh manfaat dari suatu barang atau jasa secara independen dan janji
untuk mengalihkannya dapat diidentifikasi secara terpisah, maka itu dianggap
sebagai kewajiban pelaksanaan yang terpisah. Namun, jika beberapa item atau
layanan sangat terintegrasi sehingga pelanggan pada dasarnya membeli solusi
tunggal, maka kontrak tersebut mungkin hanya memiliki satu kewajiban
pelaksanaan. Penentuan yang tepat dari kewajiban pelaksanaan akan mempengaruhi
bagaimana harga transaksi dialokasikan dan kapan pendapatan diakui.
Langkah 3: Tentukan Harga
Transaksi
Harga transaksi
adalah jumlah imbalan yang diharapkan menjadi hak entitas dalam pertukaran
untuk mengalihkan barang atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan, tidak
termasuk jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga (misalnya, pajak
penjualan). Ini adalah total imbalan yang diharapkan entitas terima dari
pelanggan.
Imbalan yang dijanjikan dalam
kontrak dapat mencakup jumlah tetap, jumlah variabel, atau keduanya. Imbalan
variabel mencakup jumlah seperti diskon, rabat, pengembalian dana, kredit,
insentif, bonus kinerja, atau penalti. Entitas harus mengestimasi jumlah
imbalan variabel yang akan menjadi haknya. Estimasi ini termasuk dalam harga
transaksi jika kemungkinan besar pembalikan signifikan dalam jumlah pendapatan
kumulatif yang diakui tidak akan terjadi ketika ketidakpastian yang terkait
dengan imbalan variabel tersebut diselesaikan di kemudian hari.
Jika imbalan yang dijanjikan
oleh pelanggan dalam bentuk selain kas, harga transaksi diukur pada nilai wajar
imbalan non-tunai tersebut.
Harga transaksi harus
disesuaikan untuk efek nilai waktu uang jika kontrak mengandung komponen
pendanaan yang signifikan (misalnya, jika waktu pembayaran yang disepakati oleh
pelanggan memberikan manfaat signifikan kepada pelanggan atau entitas dalam membiayai
pengalihan barang atau jasa).
Penentuan harga transaksi
merupakan langkah penting karena jumlah ini akan menjadi dasar untuk alokasi ke
kewajiban pelaksanaan dan akhirnya diakui sebagai pendapatan. Ketika imbalan
dalam kontrak bersifat tetap, penentuan harga transaksi relatif mudah. Namun,
banyak kontrak yang mengandung imbalan variabel, yang memerlukan entitas untuk
membuat estimasi yang andal.
Estimasi ini harus didasarkan
pada semua informasi yang tersedia dan harus mencerminkan jumlah yang paling
mungkin diterima oleh entitas. Selain itu, jika imbalan tidak dalam bentuk kas,
entitas harus menentukan nilai wajar dari imbalan tersebut. Kontrak juga
mungkin mengandung komponen pendanaan yang signifikan, yang memerlukan
penyesuaian harga transaksi untuk mencerminkan nilai waktu uang. Penyesuaian
ini penting untuk memastikan bahwa pendapatan diakui pada jumlah yang
mencerminkan harga tunai dari barang atau jasa yang dialihkan.
Langkah 4: Alokasikan Harga
Transaksi ke Kewajiban Pelaksanaan
Untuk kontrak dengan beberapa
kewajiban pelaksanaan, harga transaksi dialokasikan ke setiap kewajiban
pelaksanaan secara proporsional berdasarkan harga jual berdiri sendiri
relatifnya. Harga jual berdiri sendiri adalah harga di mana entitas akan
menjual barang atau jasa yang dijanjikan secara terpisah kepada pelanggan.
Jika harga jual berdiri
sendiri tidak dapat diamati secara langsung, entitas harus mengestimasinya
menggunakan metode seperti pendekatan penilaian pasar yang disesuaikan,
pendekatan biaya yang diharapkan ditambah margin, atau pendekatan residual.
Pendekatan residual harus digunakan dengan hati-hati dan hanya ketika harga
jual berdiri sendiri sangat bervariasi atau tidak pasti.
Diskon yang terkait dengan
seluruh kontrak umumnya dialokasikan secara proporsional ke semua kewajiban
pelaksanaan berdasarkan harga jual berdiri sendiri relatifnya. Imbalan variabel
dapat dialokasikan ke satu atau lebih, tetapi tidak semua, kewajiban pelaksanaan
jika kondisi tertentu terpenuhi, seperti ketika persyaratan pembayaran variabel
secara spesifik terkait dengan upaya entitas untuk memenuhi kewajiban
pelaksanaan tersebut.
Tujuan dari alokasi harga
transaksi adalah untuk mengalokasikan sebagian dari harga transaksi ke setiap
kewajiban pelaksanaan dalam jumlah yang mencerminkan imbalan yang diharapkan
entitas terima untuk memenuhi kewajiban tersebut. Penggunaan harga jual berdiri
sendiri sebagai dasar alokasi memastikan bahwa setiap barang atau jasa yang
berbeda dalam kontrak diakui pendapatannya secara proporsional dengan nilai
relatifnya. Ketika harga jual berdiri sendiri tidak tersedia secara langsung,
penggunaan metode estimasi yang tepat menjadi penting. Pendekatan penilaian
pasar yang disesuaikan mempertimbangkan harga yang bersedia dibayar pelanggan
di pasar serupa. Pendekatan biaya yang diharapkan ditambah margin memperkirakan
biaya pemenuhan kewajiban ditambah margin keuntungan yang sesuai. Pendekatan
residual dapat digunakan dalam situasi terbatas ketika harga jual berdiri
sendiri sangat tidak pasti, dengan mengurangkan harga jual berdiri sendiri yang
dapat diamati dari kewajiban lain dari total harga transaksi. Alokasi diskon
dan imbalan variabel juga harus dilakukan secara sistematis untuk mencerminkan
substansi ekonomi dari kontrak.
Langkah 5: Akui Pendapatan
Ketika (atau Saat) Entitas Memenuhi Kewajiban Pelaksanaan
Pendapatan diakui pada suatu
titik waktu ketika pengendalian atas barang atau jasa yang
dijanjikan dialihkan kepada pelanggan. Indikator bahwa pengendalian telah
dialihkan meliputi ketika entitas memiliki hak pembayaran saat ini, pelanggan
memiliki hak kepemilikan legal atas aset, entitas telah mengalihkan kepemilikan
fisik aset, pelanggan memiliki risiko dan manfaat kepemilikan aset yang
signifikan, dan pelanggan telah menerima aset.
Pendapatan diakui sepanjang
waktu jika salah satu kriteria berikut terpenuhi :
- Pelanggan secara simultan menerima dan
mengonsumsi manfaat yang disediakan oleh kinerja entitas seiring dengan
kinerja entitas.
- Kinerja entitas menciptakan atau
meningkatkan aset (misalnya, pekerjaan dalam proses) yang dikendalikan
pelanggan seiring dengan aset tersebut diciptakan atau ditingkatkan.
- Kinerja entitas tidak menciptakan aset
dengan penggunaan alternatif bagi entitas, dan entitas memiliki hak
pembayaran atas kinerja yang telah diselesaikan hingga saat ini.
Untuk kewajiban pelaksanaan
yang dipenuhi sepanjang waktu, entitas harus menggunakan metode yang secara
faithful menggambarkan kinerja entitas dalam memenuhi kewajiban tersebut. Ini
dapat berupa metode output (misalnya, berdasarkan pengukuran langsung
nilai barang atau jasa yang dialihkan kepada pelanggan hingga saat ini relatif
terhadap barang atau jasa yang dijanjikan yang tersisa) atau metode input
(misalnya, berdasarkan upaya atau input entitas untuk memenuhi kewajiban
pelaksanaan, seperti biaya yang dikeluarkan relatif terhadap total biaya yang
diharapkan). Metode yang dipilih harus diterapkan secara konsisten untuk
kewajiban pelaksanaan yang serupa dan dalam keadaan yang serupa.
Pengakuan pendapatan adalah
langkah terakhir dalam model lima langkah dan merupakan saat ketika pendapatan
secara resmi dicatat dalam laporan keuangan. Waktu pengakuan pendapatan
bergantung pada kapan pelanggan memperoleh pengendalian atas barang atau jasa
yang dijanjikan. Pengendalian dialihkan ketika pelanggan memiliki kemampuan
untuk mengarahkan penggunaan dan memperoleh secara substansial seluruh sisa
manfaat dari aset tersebut. Untuk banyak transaksi, pengalihan pengendalian
terjadi pada satu titik waktu, seperti saat barang dikirimkan atau layanan
selesai. Namun, untuk beberapa transaksi, terutama yang melibatkan penyediaan
layanan berkelanjutan atau proyek jangka panjang, pengendalian mungkin
dialihkan secara bertahap sepanjang waktu. Dalam kasus pengakuan pendapatan
sepanjang waktu, penting untuk memilih metode yang tepat untuk mengukur
kemajuan penyelesaian kewajiban pelaksanaan. Metode output mengukur hasil yang
telah dicapai, sedangkan metode input mengukur upaya atau sumber daya yang
telah dikonsumsi. Pemilihan metode harus didasarkan pada sifat kewajiban
pelaksanaan dan harus diterapkan secara konsisten untuk memberikan gambaran
yang akurat tentang kinerja entitas.
Contoh Penerapan Prinsip
Pengakuan Pendapatan dalam Berbagai Situasi Sesuai PSAK
- Studi Kasus 1: Penjualan Barang dengan
Pengiriman di Kemudian Hari. Seorang pelanggan
memesan barang dari perusahaan dan membayar di muka, tetapi barang akan
dikirim bulan depan. Pendapatan harus diakui ketika barang dikirim dan
pelanggan memperoleh pengendalian, bukan saat kas diterima. Pengendalian
biasanya berpindah saat pengiriman atau penyerahan, tergantung pada
persyaratan pengiriman.
- Studi Kasus 2: Pemberian Jasa dengan
Pembayaran Bertahap. Sebuah firma konsultan memberikan
layanan kepada klien selama enam bulan, dengan pembayaran dilakukan
bulanan setelah penyelesaian pekerjaan setiap bulan. Pendapatan harus
diakui setiap bulan saat layanan dilakukan dan kewajiban pelaksanaan untuk
bulan tersebut dipenuhi. Dalam kasus ini, pelanggan secara simultan
menerima dan mengonsumsi manfaat layanan konsultasi saat layanan tersebut
dilakukan, memenuhi kriteria pengakuan pendapatan sepanjang waktu.
- Studi Kasus 3: Kontrak Konstruksi Jangka
Panjang. Sebuah perusahaan konstruksi
menandatangani kontrak untuk membangun gedung selama dua tahun. Pendapatan
dapat diakui sepanjang waktu berdasarkan persentase penyelesaian,
menggunakan metode output (misalnya, pencapaian tonggak penting) atau
metode input (misalnya, biaya yang dikeluarkan). Misalnya, jika kontrak
menetapkan pembayaran setelah penyelesaian fase tertentu (seperti fondasi,
struktur, penyelesaian), metode output berdasarkan tonggak ini akan
sesuai. Alternatifnya, jika kemajuan diukur berdasarkan biaya yang
dikeluarkan hingga saat ini dibandingkan dengan total biaya yang
diperkirakan, metode input akan digunakan.
- Studi Kasus 4: Penjualan Perangkat Lunak
dengan Lisensi dan Pembaruan. Sebuah perusahaan
perangkat lunak menjual lisensi abadi dan juga menyediakan kontrak
pemeliharaan dan dukungan tahunan yang terpisah. Lisensi dan pemeliharaan
kemungkinan merupakan kewajiban pelaksanaan yang terpisah. Pendapatan
untuk lisensi mungkin diakui pada satu titik waktu ketika lisensi
diberikan dan pelanggan dapat menggunakan perangkat lunak. Pendapatan
untuk pemeliharaan akan diakui selama setahun saat layanan diberikan,
dengan asumsi kontrak pemeliharaan menyediakan dukungan dan pembaruan berkelanjutan
sepanjang tahun.
- Studi Kasus 5: Transaksi Penjualan Unit
Rumah dalam Pembangunan.
- Skenario A:
Pengembang properti menjual rumah yang sedang dibangun. Kontrak tidak
memungkinkan pengembang untuk menagih pembayaran atas pekerjaan yang
telah selesai hingga saat ini; pembayaran hanya jatuh tempo setelah
penyerahan fisik. Pendapatan diakui pada satu titik waktu ketika rumah
selesai dan kepemilikan dialihkan. Dalam skenario ini, pelanggan tidak
memperoleh pengendalian atas aset hingga selesai dibangun dan siap
diserahkan.
- Skenario B:
Kontrak memungkinkan pengembang untuk menagih pelanggan berdasarkan
kemajuan konstruksi. Pendapatan diakui sepanjang waktu berdasarkan
persentase penyelesaian. Di sini, pelanggan secara efektif mengendalikan
aset saat sedang dibuat, dan pengembang memiliki hak pembayaran untuk
pekerjaan yang telah diselesaikan hingga saat ini, memenuhi kriteria
pengakuan pendapatan sepanjang waktu.
Contoh-contoh ini
menggambarkan penerapan praktis model lima langkah dalam berbagai skenario
bisnis. Kuncinya adalah menganalisis secara cermat persyaratan dan ketentuan
spesifik dari setiap kontrak untuk mengidentifikasi kewajiban pelaksanaan
dengan benar dan menentukan waktu pengakuan pendapatan yang tepat. Kasus
pengembangan properti secara khusus menyoroti bagaimana pengaturan kontrak yang
berbeda dapat menghasilkan pola pengakuan pendapatan yang sangat berbeda (pada
satu titik waktu versus sepanjang waktu).
Kesimpulan
PSAK 72 merepresentasikan
pergeseran signifikan menuju pendekatan berbasis prinsip untuk pengakuan
pendapatan di Indonesia, sejalan dengan standar internasional melalui adopsinya
terhadap IFRS 15. Model lima langkah menyediakan kerangka kerja yang komprehensif
untuk mengakui pendapatan berdasarkan pengalihan pengendalian barang atau jasa
kepada pelanggan, yang memerlukan analisis menyeluruh terhadap persyaratan
kontrak dan kewajiban pelaksanaan. Penerapan PSAK 72 yang tepat membutuhkan
pemahaman mendalam tentang setiap langkah dalam model, penggunaan pertimbangan
profesional, dan penggunaan metode yang sesuai secara konsisten untuk
menentukan harga transaksi dan mengalokasikannya ke kewajiban pelaksanaan.
Tetap mengikuti perkembangan interpretasi dan panduan terbaru yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan badan pengatur terkait lainnya sangat
penting untuk memastikan kepatuhan dan pelaporan keuangan yang akurat
berdasarkan PSAK 72 dalam lingkungan bisnis Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar